PENGHAYATAN MAKNA HIDUP PEREMPUAN BERCERAI.
Henny E. Wirawan, M.Hum., Psi. dan Sri Tiatri, Psi
Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab bagaimana perempuan yang bercerai menghayati makna hidupnya. Mengacu pada teori makna hidup dari Frankl, ketika seseorang dapat menghayati kehidupannya, setiap penderitaan tidak akan dirasakan sebagai akhir dari kehidupan; sebaliknya, hal ini penuh dengan makna bagi kehidupannya. Dengan menggunakan metode wawancara mendalam dan observasi, penelitian ini diadakan terhadap dua perempuan yang diceraikan oleh suaminya, dan dua perempuan yang menceraikan suaminya. Hasil peneltian menunjukkan bahwa semua responden telah menemukan kembali makna hidupnya meskipun mereka telah mengalami kepahitan dari peristiwa bercerai. Selama masa perceraian, semua responden merasakan kehidupannya sebagai suatu masa yang dipenuhi dengan kepahitan karena pernikahan tidak berlangsung sesuai dengan harapannya. Dua dari empat responden yang menggugat perceraian mengalami perasaan ketidakbermaknaan dalam hidupnya; sementara itu, pada tahap awal setelah perceraian semua responden mengalami masa yang dipenuhi dengan penderitaan. Bagaimanapun, setelah dapat mengatasi perasaan menderita, mereka sadar bahwa kehidupannya tetap memiliki makna. Mereka menyadari bahwa setidaknya anak-anak membutuhkan mereka. Mereka menyadari bahwa hidup itu penuh dengan perjuangan. Kondisi inilah yang mengubah kepahitan dan ketidakbermaknaan menjadi suatu pengalaman yang penuh makna. Hal ini bukan suatu tugas yang mudah untuk dilakukan, karena penderitaan tersebut baru dapat dilalui setelah mereka dapat menerimanya terlebih dahulu. Setelah dapat melewati situasi yang ada, mereka juga akan menjadi lebih kuat ketika mereka dihadapkan pada masalah-masalah lain dalam hidupnya.
|